السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

1 Jul 2014

Sahabat Sesaat


Awan mendung mulai menyapa, menutupi hamparan luas cakrawala. Yang kini telah membuat paras cantik sang mentari menjadi pudar tak berselera. Tiba-tiba terdengar suara kepakan sayap burung-burung berterbangan tuk kembali ke sarangnya. Tak lupa jua para prajurit semut berbaris rapi tuk kembali berkumpul bersama dengan koloninya. Para katak pun khusyuk memanjatkan mantra-mantranya seraya memanggil sang hujan tuk tiba. Senandung merdu mengalun dari sang katak. Lantunan syair nan syahdu sungguh menggetarkan jiwa dan raga. Angin pun mulai berhembus  membelai ranting dedauan.
“Waduh, mau hujan campur angin nih kayaknya,” pikir Rafa yang sedang asyik internetan.

   Dengan laptop kesayangannya yang berwarna hitam keabu-abuan itu, Ia buka akun jejaring sosial  miliknya. Ia yang dari tadi kedinginan di halaman belakang  karena angin yang terus berhembus dari sawah samping rumahya terpaksa harus pindah ke kamarnya. Ia letakkan laptop kesayangannya yang ia beri nama Lepito itu di atas meja belajar. Karena kedinginan, ia pun menuju ke dapur tuk membuat wedang jahe. Akan tetapi sudah ia cari-cari di segala tempat jahenya tidak ada. Tak sengaja ia melihat susu coklat termenung diatas meja. Dibuatnya susu tersebut menjadi minuman yang lumayan untuk menghangatkan badan. Perlahan-lahan namun pasti minumannya  pun mulai memasuki kerongkongannya. Tubuhnya pun sekarang menjadi lebh enakan.
“Nah, kalo gini kan jadi hangat,” kata Rafa “Lepito, kamu mau? Jangan ya nanti kamu rusak lagi dan harus dibawa ke tukang service lagi kayak dulu, aku tak sanggup Lepito oh aku sungguh tak sanggup,” canda Rafa sendirian.
Sebenarnya niat awal Rafa bermain dengan Lepito  adalah untuk mengerjakan tugas sosiologi. Akan tetapi ia amat tergiur untuk membuka akunnya di salah satu jejaring sosial terkemuka. Dan  mengabaikan tugas yang dianggapnya sulit dari Bu Sutiningsih tersebut. Ia membuka jejaring sosial itu juga ada makud dan tujuannya. Di sekolahnya yang baru ini, ia masih asing dan belum tahu siapa saja dan apa saja yang ada disekolahnya. Walaupun ia sendiri sudah mempunyai sahabat dari sejak masih di bangku taman kanak-kanak, akan tetapi ia tidak suka sikap sahabatnya yang terkadang terlalu temperamental.
Setelah mencari-cari dan menambahkan beberapa teman. Perhatiannya tertuju pada sebuah akun bernamakan Sarah Khoirunnisa Shari. Ia mengira bahwa Sarah adalah kakak kelasnya, karena nama tersebut asing ditelinganya dan sepertinya Rafa belum pernah dengar nama tersebut semenjak MOS pertama diadakan.  Akan tetapi mata Rafa terbelalak ketika melihat foto profilnya  Sarah begambar tokoh serial kartun spongebob yang tayang di salah satu televisi swasta tiap hari pukul enam pagi maupun sore itu. Dan ternyata setelah ditelusuri, Sarah masih kelas tujuh sama seperti Rafa. Keunikan orang bernama Sarah itu pun membuat Rafa tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam. Dalam akunnya Sarah, disana tidak terdapat foto  aslinya, sehingga rasa penasran Rafa menjadi-jadi. Ia pun hanya bisa berharap dapat kenal jauh dengannya. Akan tetapi permintaan pertemanannya dengan Sarah belum dikonfirmasi oleh Sarah. Sehingga untuk saat ini Rafa belum bisa ngobrol dengan Sarah. Tiba-tiba saja kilatan cahaya membuyarkan matanya dan “duarrr..” suara halilintar pun mengejutkannya.
Keesokan harinya disekolah, Rafa kaget setengah panik. Ia lupa mengerjakan pr dari Bu Sutiningsih. Tiba-tiba ia teringat akan petuah dari kakeknya. Kakeknya berpesan bahwa apabila menjumpai masalah, hendaklah tetap tenang dan jangan sesekali melestarikan  budaya panik. Akhirya Rafa pun mencoba bersikap tenang. Dan ternyata Rafa amat beruntung.  Di hari yang lumayan cerah itu ternyata Bu Sutiningsih ada keperluan, sehingga hari itu hanya diisi dengan megerjakan soal soal sampai jam ketiga. Bahagianya hati Rafa, karena Allah masih melindunginya.
Bel istirahat pun berbunyi ia lalu menuju ke kantin. Rafa yang dilanda penasaran sejak kemarin malam sampai saat ini pun masih ada.   Sehinngga setiap ada orag yang lewat ia berharap itu sarah dan mau diajak berkenalan dengannya. Akan tetapi harapan hanya sekedar harapan. Hingga bel pulang pun ia tak menemukan orang yang bernama Sarah. Sampai akhirnya ia pun merasa putus asa. Dalam perjalanannya menuju ke parkiran  ia hanya menundukkan kepala. Tak  sengaja ia pun menabrak seorang anak perempuan berjilbab dengan wajah manis nan imut.
“Brukk..”
“Aww..”
“Eh maaf, maaf kak saya tidak sengaja,” ucap Rafa kepada seorang siswi bertas kuning.
Tanpa sepatah kata pun, perempuan tadi malah lari menghindar darinya. Dalam benaknya Rafa berpikir bahwa orang tersebut aneh atau apa. Ataukah dia telah berbuat salah dengan perempuan tadi. Rafa jadi bingung sekarang ini.
Sepulang sekolah ia pun langsung menuju ke kamarnya dan membuka akun jejaring sosialnya. Hal yang ia tunggu-tunggu pun tiba. Akirnya permintan pertemanan yang ia kirimkan ke Sarah dikonfirmasi olenya. Dan kebetulan hari itu Sarah pun juga online. Maka ia memberanikan diri untuk memulai percakapan dengannya. Kata “hai” menjadi kata pertama yg diketik oleh Rafa dalam percakapannya di obrolan. Sarah pun membalas pesan dari Rafa tersebut dengan “hai juga“. Sampai akhirnya mereka pun mulai berkenalan. Kemudian bertanya-tanya tentang riwayat hidup mereka masing-masing. Rafa sangat bahagia karen bisa berkenalan dengan orang yang berfoto profilkan sebuah tokoh kartun yang hidup di bawah laut itu. Awalnya ia ragu, akan tetapi ia mencoba memberanikan diri untuk ajak ketemuan. Dan akhirnya Sarah pun mau dan menerima ajakan tersebut. Akan tetapi sarah memberi satu syarat. Yakni ketemuannya harus didampingi dengan teman lain. Alasan yang diutarakan Sarah  ialah agar tidak timbul fintah diantara mereka berdua. Dan juga menghindari yang namanya zina.
Siang hari sepulang sekolah, seperti janji mereka kemarin, Rafa dan Sarah pun ketemuan. Tak lupa mereka membawa teman mereka masing-masing. Rafa terkejut melihat Sarah.
“Kamu?” ucap Rafa setengah kaget.
“Kamuu?” kata Sarah yang saling berhadapan dengan Rafa.
“Kamu kan cewek yang aku tabrak kemarin itu kan?” Tanya Rafa.
“I..i ya kayaknya,” jawab Sarah dengan terbata-bata.
“Eh kenapa kamu kemarin lari? Padahal aku kan mau minta maaf ma kamu,”
“Umm gakpapa kok Raf”
Rafa yang membawa sahabatnya bernama Fuad, dirasa benar ia membawanya.. Dan sahabatnya itu naksir teman Sarah. Tatapan mereka mengisyaratkn adanya benih-benih cinta diantara mereka. Akan tetapi Fuad ingat akan nasihat ayahnya untuk selalu kuatkan iman, dan jangan sampai tergoda rayuan setan.
Berbulan-bulan hubungan pertemanan Rafa dan Sarah pun semakin dekat. Bahkan mereka sering difitnah telah menjalin hubungan sesuatu. Walaupun begitu, karena mereka hanya berteman biasa maka Rafa menganggap semua omongan teman-temanya itu sekedar ocehan burung saja.  Hanya saja mereka akrabnya kalau di dunia maya. Sedangkan di dunia nyata, ketika bertemu mereka bak seonggok batu yang dipertemukan. Pertemanan mereka yang sudah lama itu sudah Rafa anggap sebagai persahabatan selain dengan sahabat sejatinya yakni Fuad. 
Suatu pagi yang lumayan mendung Fuad sudah berada di rumah Rafa. Setiap harinya Fuad memang selalu berangkat sekolah bersama Rafa. Kebetulan hari itu ada ulangan TIK dari Pak Ketut Surya Wijaya, guru terkeren di sekolah mereka itu pada jam pertama dan kedua. Maka dari itu mereka harus berangkat pagi-pagi agar masih bisa belajar. Akan tetapi dalam perjalanan ke sekolah, mereka mengalami banyak kendala. Dari hampir terserempet mobil bahkan hingga ban sepedanya Fuad pun gembos.
Sesampainya di kelas, Rafa pun segera mengeluarkan buku paket TIKnya. Akan tetapi sebelum dibuka bel masuk pun sudah berbunyi. Ia pun hanya berpasrah kepada Sang Maha Agung. Toh malemnya Rafa juga sudah belajar kok. Jadi, ia tak perlu khawatir. Dan Rafa pun mengerjakan soal-soal dari pak Ketut itu dengan lancar serta tenang.
Hari selasa yang melelahkan setelah paginya ada ulangan itu, harus ditambah dengan tamabahan jam pelajaan. Walaupun hanya dua jam, akan tetapi hari itu amat melelahkan bagi Rafa dan juga teman-temannya. Dalam jadwal tambahan jam pelajaran untuk kelasnya adalah Matematika dan Fisika.
Dan akhirnya dua jam pun berlalu. “Teeeet…” Bel yang menandakan pulang sekolah pun berbunyi. Rafa dan teman-temannya bergegas  pulang. Rafa yang kesehariannya pergi kesekolah naik sepeda itu segera menuju tempat parkir sepeda. Tiba-tiba Ia melihat sebuah perahu kertas tergeletak disamping sepedanya, benda tersebut seakan memanggilnya. Lalu diambilnya benda berwujud kertas bewarna putih itu. Dan benar saja benda tersebut memang untuknya. Ternyata itu adalah sebuah surat , disitu tertera nama Rafa. Ia tak tahu siapa yang telah menaruh surat tersebut. Namun dari goresan tinta dalam surat tersebut sepertinya Ia mengenali tulisan tersebut.
“Umm,…,sepertinya aku kenal dengan tulisan ini,  aku yakin ini pasti darinya,” pikir Rafa “iya benar, ini pasti darinya aku yakin itu” hati kecilnya menguatkan.
“Ada apa Raf?” Tanya Fuad penasaran yang datang  tiba-tiba.
“Hah,…,t..t..tidak ada apa-apa kok Ad.” jawab Rafa yang kaget dan berusaha menyembunyikan surat yang ia peroleh tadi kedalam tasnya.
“Ahh… yang bener Raf, ciusan kau?”
“Iya Ad… serius, buruan ayo pulang!” ucap Rafa
Mereka pun menaiki sepedanya masing-masing dan mengayuhnya. Seperti biasanya mereka selalu pulang bersama. Melewati jalan raya nan ramai  dan bahkan melewati jalan yg sunyi dan senyap sering mereka alami. Di pertigaan jalan dekat sekolah dasar mereka yang dulu, mereka pun berpisah. Rafa lurus sedangkan Fuad belok ke kiri.
“Duluan ya Raf, sampai jumpa,” sapa Fuad ramah.
“Iya Ad, hati-hati ya,” jawab Rafa tergesa-gesa karena sepeda yang dikayuhnya terus melaju.
“glek…” Diistirahatkannya sepeda Rafa di garasi sesampainya Ia di rumah. Ia sandingkan sepedanya dengan  kendaraan bermotor ayahnya.
“Assalamu’alaikum…” ucap Rafa.
“Wa’alaikumsalam…udah pulang kau Raf?” jawab Ibu Rafa yang sedang memasak di dapur.
“iya bu ,Ibu sedang masak apa sih? Aromanya sampai tercium dari luar lho bu,” Tanya Rafa.
Ada deh, pokoknya ini adalah makan siang spesial untukmu,” ujar Ibu  “lagipula kan kamu baru saja pulaang dari sekolah pasti capek kan? Sanaa gih cuci kaki abis itu ganti baju! ntar ibu siapin di meja makanannya.”
“iya deh bu”
Dengan lahap Ia menyantap masakan ibunya. Ia tambahkan dengan sebuah saus pedas bermerek seperti merek batu baterai. Asupan karbohidrat dengan protein yang bercampur dengan rasa pedas yg menggiurkan tersebut begitu mengenyangkan perut Rafa. Seusai melahap makanannya, Ia pun beranjak dari meja makan dan menuju ke kamarnya. Dengan segera ia buka tasnya. Ia ambil surat yang telah ia peroleh tadi. Ia buka perlahan demi peerlahan. Isi surat tersebut ternyata hanya sebuah kata maaf berhuruf kapital dan bercetak tebal. Sontak Rafa pun kaget. Ia tak tahu apa maksud dari surat kecil tersebut. Maka dari itu ia cari telepon genggamya dan segera menghubungi Sarah. Berkali-kali ditelpon, Sarah tak jua mengangkat telepon darinya. Ketika dicari di jejaring sosial, akunnya ternyata sudah dinonaktifkan. Akhirnya dengan rasa resah, lelah dan gundah ia lewati hari itu.
Hari selanjutnya, ia yang dipenuhi rasa penasaran dan  khawatir segera mencari-cari Sarah. Ia tak berhasil menemukanya dikelasnya Sarah. Maka ia putuskan untuk mencarinya ditempat lain. Ia telusuri setiap sudut ruang di sekolahnya yang lumayan megah itu. Berkeliling-keliling ia cari tidak ketemu jua. Semua teman  ia tanyai, tak satupun yang tahu. Sampai akhirnya Rafa mendengar kabar bahwa Sarah pergi keluar negeri. Ia pegi ke Negara  berlambangkan singa. Ia kesana  itu untuk mengobati penyakitnya. Rafa terkejut karena ia baru tahu kalau Sarah mempunyai penyakit kronis. Sarah didiagnosis dokter memiliki kanker, dan ternyata kankernya sudah menggerogoti tubuhnya. Ia mendengar berita buruk tersebut dari guru BKnya. Ia amat sedih mendengar kabar tersebut. Ia tak menyangka sahabatnya di dunia maya itu pergi darinya.
 Seratus dua puluh tiga hari pun berlalu. Rafa masih sedih menyadari bahwa salah satu sahabatnya itu telah pergi. Meskipun ditinggal Sarah pergi, tetapi ia tetap bersyukur masih mempunyai Fuad, sahabat yang setia menemani. Akan tetapi kehidupan antara Rafa dan Fuad berubah ketika ada seorang murid baru datang. Namanya Dodo Apriyanto. Ia adalah anak dari pengusaha Kacang Atom di kotanya. Awalnya Dodo sangat baik terhadap Rafa dan Fuad. Akan tetapi setelah berbulan-bulan sekelas dan kenal dengan Dodo, Dodo pun mulai berubah. Ia senang sekali jika Rafa dan Fuad menderita. Kini ia memiliki sebuah geng di sekolah mereka. Anggotanya antara lain adalah teman kelas sebelah mereka. Dan kini Dodo pun hanya akan berteman dengan mereka berdua kalau ia sedang membutuhkan. Sementara kalau tidak butuh, dengan angkuhnya Dodo menindas Rafa dan Fuad bersama gengnya.
Singkat cerita, Dodo memutuskan pindah sekolah lagi karena kedua orang tuanya pindah ke luar kota. Dan akhirnya kehidupan Rafa dan Fuad pun kembali normal. Mereka menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran berharga dalam hidupnya. Bahwa kita tak boleh semena-mena terhadap teman.
Pada suatu hari tepat pukul satu dini hari Rafa terbangun dari tidurnya. Suasana masih sepi, hanya ada suara jangkrik yang menemani. Ia terbangun karena mengalami mimpi buruk. Di dalam mimpinya ia melihat seekor kelinci tertabrak dan terlindas truk tronton. Mata dan usus kelinci tersebut sampai keluae. Darah kelinci itu pun mengalir hingga ke selokan pinggir jalan tempat kejadian tersebut. Rafa sungguh syok mengalami mimpi tersebut. Rasa waswas terus menghantuinya. Maka untuk menghilangkan perasaan itu, ia putuskkan untuk pergi ke kamar kecil. Seperti biasanya ia ambil air wudhu dan segera menunaikan sholat sunnah. Seusai sholat ia memohon kepada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ia berharap hari  ini lebih baik dari hari kemarin serta memohon diberi kekuatan untuk menjalani hari ini.
Sang bola pijar telah menampakkan sinarnya. Seperti hari-hari biasanya, pagi itu Fuad datang ke rumah Rafa tuk mengajaknya pergi sekolah bersama. Namun hari itu seperti ada yg berbeda. Muka Fuad tampak pucat dan tak bersemangat.
“Ad  kamu baik-baik saja bukan?” Tanya Rafa.
“Iyalah Raf ,” jawab Fuad menutupi rasa pusing di keplanya
“Tapi  wajahmu tampk pucat lho Ad, kamu beneran nih gak papa ?”
“Udah lah Raf buruan ayo, nanti kalo terlambat bukan salahku lho ya.”
“Ehh tapi kan ada pepatah mengatakan, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali he he he…”
“Ahh kamu ini Raf, banyak alesan”
 Di sekolah Rafa dan Fuad sangat sibuk karena tugas-tugas dari gurunya. Hal tersebut menyebabkan badan Fuad semakin lelah dan capek. Ia sempat dibawa ke UKS, akan tetapi sesampainya di ruang UKS badan Fuad kembali pulih dan sehat.
Akhirnya jam pelajaran pun telah usai. Rafa dan Fuad pun segera pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, terjadi perbincangan antara mereka.
“Raf, besok kalau kamu SMA  mau ke mana?” Tanya Fuad.
“Umm aku bingung nih.”
“Kenapa bingung, kalau aku sih ingin sekolah di SMA Negeri 1 Harapan Nusantara.”
“Kenapa kamu milih SMA itu Ad?”
“Katanya sih, sekolahnya itu keren banyak ekstrakulikulernya, selalu juara terus dan orangnya pinter-pinter.”
“Owhh…gitu.., ehh…ehhhh Fuad awasss!”
“brukk…”
Tiba-iba saja Fuad dan sepedanya tertabrak mobil ketika mau belok di sebuah pertigaan. Ia tertabrak karena keasyikan ngobrol, sehingga Fuad tak melihat jalan yang ia lalui. Fuad akhirnya tak sadarkan diri, kepalanya berdarah dan tak berhenti. Orang-orang di sekitar tempat kejadian itu pun mengerumuni mereka. Lalu oleh pengendara mobil yang menabrak Fuad tadi, Ia dibawa ke rumah sakit. Rafa sangat panik dan khawatir.
Di sepanjang lorong rumah sakit  Rafa tak henti-hentinya menangis dan berharap Fuad membuka matanya . Sesampaiya di depan pintu ruang IGD, suster melarang Rafa tuk masuk dan menyuruhnya menunggu di tempat tunggu . Rafa yang saat itu panik langsung meminjam telepon genggam milik orang yang lewat dan segera memberi kabar orangtua Fuad.
“halo Assalamu’alaikum, maaf ini saya Rafa “
“Wa’alaikumsalam, Oh Rafa ada apa ya? O iya ini kenapa Fuad jam segini belum pulang, barangkali kamu tahu keberadaanya nak?
“a…a..anu tante Fuad tadi kecelakaan, dan skarang ia sedang ditangani dokter di rumah sakit umum Budi Sentosa “
“Apaa? “ jatuhlah  gagang telepon rumah ibunda Fuad karena keterkejutannya mendengar berita tersebut.
Tak lama kemduian muncullah dua sosok dari kejauhan. Seorang ibu bersama seorang remaja anak kuliahn. Mereka adalah ibunda dan kakaknya Fuad.
“Bagaimana keadaan Fuad nak?” Tanya ibunda fuad kepada Rafa
“Saya masih belum tau tante, tapi tadi suster bilang keadaanya masih sangat kritis.”
Selang beberapa saat, dokter berjas putih dan berkacamata itu pun membuka pintu dan segera keluar dari ruangannya.
“Dok gimana keadaan anak saya Dok?”, Tanya Ibunda Fuad.
“Kami sudah berusaha semampu kami, akan tetapi Tuhan berkehendak lain,”jawab sang dokter.
“Apaaa…?” teriak semua orang yang ada disekitar Rafa dengan terkejut.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un… ,knp kau meninggalkanku secepat itu  Ad?” ucap Rafa.
Tangis Rafa dan keluarga Fuad pun pecah. Mereka tidak sanggup merelakan Fuad, sahabat terbaik Rafa itu pergi tuk selama-lamanya.
Dibawah sinar sang surya pada hari Sabtu tepat pukul dua siang, jenazah Fuad dikebumikan di TPU Jeruk Bali. Suasana sedih menyelimuti pemakaman tersebut. Dalam benak Rafa hanya ada memori kenangan indah antara Rafa dan Fuad yang hanya menambah Rafa tak bisa membendung tangisnya. Rasa sedih dan rasa bersalah bergejolak didadanya.
“Tuk sahabatku Fuad, maafkan aku yang tak bisa melindungimu kala itu, ku hanya bisa berdo’a Semoga engkau bahagia diterima diisisi Tuhan Yang Maha Penyayang.” Ucap rafa sembari menabur bunga di atas liang lahat Fuad.
Delapan bulan pun berlalu. Kini saatnya Rafa untuk konsen terhadap ujian akhir dan ujian nasional yang akan ia alami empat bulan mendatang. Ia berusaha ikhlas dan tabah merelakan sahabtnya pergi. Itu semata-mata juga demi suksenya ujian yang akan ia hadapi kelak. Ia pun belajar dengan tekun dan rajin untuk mewujudkan cita-cita Fuad agar bisa sekolah di SMA Negeri 1 Harapan Nusantara. SMA tersohor di kota tempat ia tinggal. Hari-hari ia isi selalu dengan asupan soal-soal. Soal sulit maupun mudah ia kerjakan. Ia beranggapan bahwa dengan belajar soal-soal maka ketika menghadapi soal sesulit apapun atau semudah apapun ia tidak begitu kaget. Dengan setiap hari belajar belajar dan belajar, maka kesempatannya untuk bermain pun nyaris tidak ada. Hanya ada satu hari dimana ia dapat santai. Itupun juga hanya sebentar, karena ia mempunyai prinsip bahwa waktu itu sangatlah penting. Sedetik pun itu sangatlah berharga. Maka dari itu ia tak akan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk pekerjaan yang tak ada gunanya.
Dan benar saja, tekad dan kerja keras Rafa membuahkan hasil yang terbaik. Seperti pepatah, apabila kita menanam suatu kebaikan maka kita kelak akan menuai kebaikan pula. Rafa yang  keseharianya ya bisa dibilang lumayan bisa dibilang biasa-biasa saja itu mendapatkan hasil ujian yang sangat membanggakan. Ia berhasil mendapatkan nilai sempurna pada dua mata pelajaran dari empat mata peljaran yang diUNkan.  Mata pelajaran itu adalah matemaika dan ilmu pengetahuan alam. Memang pantas ia mendapatkannnya. Karena Rafa telah menyukai kedua mata pelajaran tersebut sejak kecil. Dengan ditambah nilai Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesa yang juga lumayan bagus, ia dirasa telah membuat bangga kedua orang tuanya. Kini kedua orang tuanya tersebut tidak akan susah payah mencari sekolah untuk anak mereka. Sebab dengan  nilai yg dimiliki Rafa itu, ia bisa mendaftar sekolah dimana saja. Karena cita-citanya ingin bersekolah di SMA 1 Harapan Nusantara. Maka saat pendaftaran, ia pun langsung mendaftar ke SMA tersebut. Karena dalam pendaftaran Ia masuk 10 besar teratas, maka ia jelas dinyatakan diterima di SMA kebanggan kota budaya tersebut.
Kini Rafa sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Kegiatan MOS pun telah ia laksanakan. Dan ia pun sudah mulai mencoba beradaptsi dengan lingkungan barunya itu. Perasaan bahagia, bangga dan haru mengiringi setiap langkahnya. Haru karena ia tak menyangka bisa bersekolah di SMA yang Fuad dan Rafa idolakan semenjak masih kelas delapan SMP. SMA-nya kini adalah salah satu sekolah negeri favorit di kota pelajar tempat ia lahir. Sekolah tersebut telah terakreditasi A. Dan juga telah menjadi contoh sekolah yang sadar akan penghijauan serta lingkungan. Ditambah lagi dengan berjajar rapi penghargaan-penghargaan yang telah diraih oleh sekolahnya maupun dari para alumnus SMA-nya.
Namun kini Rafa berbeda, Ia berubah 180 derajat dibanding waktu masih duduk di Sekolah Menengah Pertama dulu. Rafa yang dulu selalu ceria, sekarang malah selalu ingin menyendiri. Ia sering melamun dan bahkan sering tidak nyambung tehadap lingkungan sekitarnya. Meski dikelilingi banyak teman, tak lantas menjadikan teman-temannya itu sebagai sahabatnya. Ia amat trauma dan belum bisa melupakan  kejadian yang berlangsung  dua tahun silam. Ia takut kehilangan ataupun dikhianati sahabat tuk kesekian kalinya. Walaupun begitu, Ia tetap bersyukur masih mempunyai Lepito sahabatnya. Dengan Lepito mungkin ia bisa berteman di dunia maya, mempunyai banyak teman, serta ngobrol dan berbagi dengan teman-temannya,  walaupun semua  itu hanya semu belaka.






Karya Rachmatullah Alvian Aji Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dancing Robot