Awan mendung mulai
menyapa, menutupi hamparan luas cakrawala.
Yang kini telah
membuat paras cantik sang mentari menjadi pudar tak berselera. Tiba-tiba terdengar
suara kepakan sayap burung-burung berterbangan tuk kembali ke sarangnya. Tak lupa jua para prajurit semut
berbaris rapi tuk kembali
berkumpul bersama dengan koloninya. Para katak pun khusyuk memanjatkan
mantra-mantranya seraya memanggil sang hujan tuk tiba. Senandung merdu mengalun dari sang
katak. Lantunan syair nan syahdu sungguh menggetarkan jiwa dan raga. Angin pun
mulai berhembus membelai ranting dedauan.
“Waduh, mau hujan campur angin nih
kayaknya,” pikir Rafa yang sedang asyik internetan.
Dengan laptop kesayangannya yang
berwarna hitam keabu-abuan itu, Ia buka akun jejaring sosial miliknya. Ia yang dari tadi kedinginan di halaman
belakang karena angin yang terus
berhembus dari sawah samping rumahya terpaksa harus pindah ke kamarnya. Ia
letakkan laptop kesayangannya yang ia
beri nama Lepito itu di atas meja belajar. Karena kedinginan, ia pun menuju ke dapur tuk membuat
wedang jahe. Akan tetapi sudah ia cari-cari di segala tempat jahenya tidak ada.
Tak sengaja ia melihat susu coklat termenung diatas meja. Dibuatnya susu tersebut menjadi minuman
yang lumayan untuk menghangatkan badan. Perlahan-lahan namun pasti minumannya pun mulai memasuki kerongkongannya. Tubuhnya
pun sekarang menjadi lebh enakan.
“Nah, kalo gini kan jadi hangat,” kata
Rafa “Lepito, kamu mau? Jangan ya nanti kamu rusak lagi dan harus dibawa ke
tukang service lagi kayak dulu, aku tak sanggup Lepito oh aku sungguh tak
sanggup,” canda Rafa sendirian.
Sebenarnya niat awal Rafa bermain
dengan Lepito adalah untuk mengerjakan
tugas sosiologi.
Akan tetapi ia amat tergiur untuk membuka akunnya di salah satu jejaring sosial
terkemuka. Dan mengabaikan tugas yang dianggapnya
sulit dari Bu Sutiningsih tersebut. Ia membuka jejaring sosial itu juga ada
makud dan tujuannya. Di sekolahnya yang baru ini, ia masih asing dan belum tahu
siapa saja dan apa saja yang ada disekolahnya. Walaupun ia sendiri sudah mempunyai sahabat dari sejak masih di
bangku taman kanak-kanak, akan tetapi ia tidak suka sikap sahabatnya yang terkadang terlalu temperamental.
Setelah mencari-cari dan menambahkan
beberapa teman. Perhatiannya tertuju
pada sebuah akun bernamakan Sarah Khoirunnisa Shari. Ia mengira bahwa Sarah adalah
kakak kelasnya, karena nama tersebut asing ditelinganya dan sepertinya Rafa
belum pernah dengar nama tersebut semenjak MOS pertama diadakan. Akan tetapi mata Rafa terbelalak ketika
melihat foto profilnya Sarah begambar
tokoh serial kartun spongebob yang tayang di salah satu televisi swasta tiap
hari pukul enam pagi maupun sore itu. Dan ternyata setelah ditelusuri, Sarah masih kelas
tujuh sama seperti Rafa. Keunikan orang bernama Sarah itu pun membuat Rafa tertarik untuk
mengetahuinya lebih dalam.
Dalam akunnya Sarah, disana tidak
terdapat foto aslinya, sehingga rasa penasran Rafa menjadi-jadi. Ia pun hanya bisa berharap dapat kenal
jauh dengannya. Akan tetapi permintaan pertemanannya dengan Sarah belum dikonfirmasi oleh
Sarah. Sehingga untuk
saat ini Rafa belum bisa ngobrol dengan Sarah. Tiba-tiba saja
kilatan cahaya membuyarkan matanya dan “duarrr..” suara halilintar pun mengejutkannya.
Keesokan harinya disekolah, Rafa kaget
setengah panik. Ia lupa
mengerjakan pr dari Bu
Sutiningsih. Tiba-tiba ia teringat akan petuah dari kakeknya. Kakeknya berpesan bahwa apabila menjumpai masalah, hendaklah tetap tenang dan jangan sesekali melestarikan budaya
panik. Akhirya Rafa pun mencoba
bersikap tenang. Dan ternyata Rafa amat beruntung. Di hari yang lumayan cerah itu ternyata Bu Sutiningsih ada keperluan, sehingga hari itu hanya diisi dengan megerjakan soal soal sampai jam ketiga. Bahagianya hati Rafa, karena Allah masih
melindunginya.
Bel istirahat pun berbunyi ia lalu menuju ke
kantin. Rafa yang
dilanda penasaran sejak kemarin malam sampai saat ini pun masih ada. Sehinngga setiap ada orag yang lewat ia berharap itu sarah dan mau diajak berkenalan dengannya. Akan tetapi harapan hanya sekedar harapan.
Hingga bel pulang pun ia tak menemukan orang yang bernama Sarah. Sampai akhirnya ia pun merasa putus asa. Dalam perjalanannya menuju ke parkiran ia hanya menundukkan kepala. Tak sengaja ia pun menabrak seorang anak
perempuan berjilbab dengan wajah manis nan imut.
“Brukk..”
“Aww..”
“Eh maaf, maaf kak saya tidak sengaja,” ucap Rafa
kepada seorang siswi bertas kuning.
Tanpa sepatah
kata pun, perempuan tadi malah lari menghindar darinya. Dalam benaknya Rafa
berpikir bahwa orang tersebut aneh atau apa. Ataukah dia telah berbuat salah
dengan perempuan tadi. Rafa jadi bingung sekarang ini.
Sepulang sekolah
ia pun langsung menuju ke kamarnya dan membuka akun jejaring sosialnya. Hal
yang ia tunggu-tunggu
pun tiba. Akirnya permintan
pertemanan yang ia
kirimkan ke Sarah
dikonfirmasi olenya. Dan kebetulan hari itu Sarah pun juga online. Maka ia
memberanikan diri untuk memulai percakapan dengannya. Kata “hai”
menjadi kata pertama yg diketik oleh Rafa dalam percakapannya di obrolan. Sarah
pun membalas pesan dari Rafa tersebut dengan “hai juga“. Sampai akhirnya mereka pun mulai berkenalan. Kemudian bertanya-tanya tentang
riwayat hidup mereka masing-masing. Rafa sangat bahagia karen bisa berkenalan dengan orang
yang berfoto profilkan
sebuah tokoh kartun yang hidup di bawah laut itu. Awalnya ia
ragu, akan tetapi ia mencoba memberanikan diri untuk ajak ketemuan. Dan
akhirnya Sarah pun mau dan menerima ajakan tersebut. Akan tetapi sarah memberi
satu syarat. Yakni ketemuannya harus didampingi dengan teman lain. Alasan yang
diutarakan Sarah ialah agar tidak timbul
fintah diantara mereka berdua. Dan juga menghindari yang namanya zina.
Siang
hari sepulang sekolah, seperti janji mereka kemarin, Rafa dan Sarah pun ketemuan.
Tak lupa mereka membawa teman mereka masing-masing. Rafa terkejut melihat
Sarah.
“Kamu?” ucap
Rafa setengah kaget.
“Kamuu?” kata
Sarah yang saling berhadapan dengan Rafa.
“Kamu kan
cewek yang aku tabrak kemarin itu kan?” Tanya Rafa.
“I..i ya
kayaknya,” jawab Sarah dengan terbata-bata.
“Eh kenapa
kamu kemarin lari? Padahal aku kan mau minta maaf ma kamu,”
“Umm
gakpapa kok Raf”
Rafa
yang membawa sahabatnya bernama Fuad, dirasa benar ia membawanya.. Dan
sahabatnya itu naksir teman Sarah. Tatapan mereka mengisyaratkn adanya
benih-benih cinta diantara mereka. Akan tetapi Fuad ingat akan nasihat ayahnya
untuk selalu kuatkan iman, dan jangan sampai tergoda rayuan setan.
Berbulan-bulan
hubungan pertemanan Rafa dan Sarah pun semakin dekat. Bahkan mereka sering
difitnah telah menjalin hubungan sesuatu. Walaupun begitu, karena mereka hanya
berteman biasa maka Rafa menganggap semua omongan teman-temanya itu sekedar
ocehan burung saja. Hanya saja mereka
akrabnya kalau di dunia maya. Sedangkan di dunia nyata, ketika bertemu mereka
bak seonggok batu yang dipertemukan. Pertemanan mereka yang sudah lama itu
sudah Rafa anggap sebagai persahabatan selain dengan sahabat sejatinya yakni
Fuad.
Suatu
pagi yang lumayan mendung Fuad sudah berada di rumah Rafa. Setiap harinya Fuad
memang selalu berangkat sekolah bersama Rafa. Kebetulan hari itu ada ulangan
TIK dari Pak Ketut Surya Wijaya, guru terkeren di sekolah mereka itu pada jam
pertama dan kedua. Maka dari itu mereka harus berangkat pagi-pagi agar masih
bisa belajar. Akan tetapi dalam perjalanan ke sekolah, mereka mengalami banyak
kendala. Dari hampir terserempet mobil bahkan hingga ban sepedanya Fuad pun
gembos.
Sesampainya
di kelas, Rafa pun segera mengeluarkan buku paket TIKnya. Akan tetapi sebelum
dibuka bel masuk pun sudah berbunyi. Ia pun hanya berpasrah kepada Sang Maha
Agung. Toh malemnya Rafa juga sudah belajar kok. Jadi, ia tak perlu khawatir.
Dan Rafa pun mengerjakan soal-soal dari pak Ketut itu dengan lancar serta
tenang.
Hari selasa
yang melelahkan setelah paginya ada ulangan itu, harus ditambah dengan
tamabahan jam pelajaan. Walaupun hanya dua jam, akan tetapi hari itu amat
melelahkan bagi Rafa dan juga teman-temannya. Dalam jadwal tambahan jam
pelajaran untuk kelasnya adalah Matematika dan Fisika.
Dan
akhirnya dua jam pun berlalu. “Teeeet…”
Bel yang menandakan pulang sekolah pun berbunyi. Rafa dan teman-temannya bergegas pulang. Rafa yang kesehariannya pergi kesekolah
naik sepeda itu segera menuju tempat parkir sepeda. Tiba-tiba Ia melihat sebuah
perahu kertas tergeletak disamping sepedanya, benda tersebut seakan memanggilnya.
Lalu diambilnya benda berwujud kertas bewarna putih itu. Dan benar saja benda tersebut memang
untuknya. Ternyata itu adalah sebuah surat , disitu tertera nama Rafa. Ia tak
tahu siapa yang telah menaruh surat tersebut. Namun dari goresan tinta dalam
surat tersebut sepertinya Ia mengenali tulisan tersebut.
“Umm,…,sepertinya aku kenal dengan tulisan
ini, aku yakin ini pasti darinya,” pikir
Rafa “iya benar, ini
pasti darinya aku yakin itu” hati kecilnya menguatkan.
“Ada apa Raf?” Tanya Fuad penasaran
yang datang tiba-tiba.
“Hah,…,t..t..tidak ada apa-apa kok Ad.” jawab Rafa yang
kaget dan berusaha menyembunyikan surat yang ia peroleh tadi kedalam tasnya.
“Ahh… yang bener Raf, ciusan kau?”
“Iya Ad… serius, buruan ayo pulang!” ucap Rafa
Mereka pun menaiki sepedanya
masing-masing dan mengayuhnya. Seperti biasanya mereka selalu pulang bersama. Melewati jalan raya nan ramai dan bahkan melewati jalan yg sunyi dan senyap sering mereka
alami. Di
pertigaan jalan dekat sekolah dasar mereka yang dulu, mereka pun berpisah. Rafa
lurus sedangkan Fuad belok ke kiri.
“Duluan ya Raf, sampai jumpa,” sapa Fuad ramah.
“Iya Ad, hati-hati ya,” jawab Rafa tergesa-gesa karena
sepeda yang dikayuhnya terus melaju.
“glek…” Diistirahatkannya sepeda Rafa di garasi
sesampainya Ia di rumah. Ia sandingkan sepedanya dengan kendaraan bermotor ayahnya.
“Assalamu’alaikum…” ucap Rafa.
“Wa’alaikumsalam…udah pulang kau Raf?” jawab Ibu Rafa
yang sedang memasak di dapur.
“iya bu ,Ibu sedang masak apa sih? Aromanya sampai
tercium dari luar lho bu,” Tanya Rafa.
“Ada
deh, pokoknya ini adalah makan siang spesial untukmu,” ujar Ibu “lagipula kan kamu baru saja pulaang dari
sekolah pasti capek kan? Sanaa gih cuci kaki abis itu ganti baju! ntar ibu
siapin di meja makanannya.”
“iya deh bu”
Dengan lahap Ia menyantap masakan
ibunya. Ia tambahkan dengan sebuah saus pedas bermerek seperti merek batu baterai. Asupan
karbohidrat dengan protein
yang bercampur dengan rasa
pedas yg menggiurkan tersebut begitu mengenyangkan perut Rafa. Seusai melahap
makanannya, Ia pun beranjak dari meja makan dan menuju ke kamarnya.
Dengan segera ia buka tasnya. Ia ambil surat yang telah ia peroleh tadi. Ia buka perlahan demi
peerlahan. Isi
surat tersebut ternyata hanya sebuah kata maaf berhuruf kapital dan bercetak tebal. Sontak Rafa pun kaget. Ia tak tahu apa maksud dari surat
kecil tersebut.
Maka dari itu ia cari telepon genggamya dan segera menghubungi Sarah. Berkali-kali ditelpon, Sarah tak jua mengangkat telepon
darinya. Ketika dicari di jejaring sosial, akunnya ternyata sudah dinonaktifkan. Akhirnya dengan rasa resah, lelah dan gundah ia lewati hari itu.
Hari selanjutnya,
ia yang dipenuhi rasa penasaran dan khawatir segera
mencari-cari Sarah. Ia tak berhasil menemukanya dikelasnya Sarah. Maka ia putuskan untuk mencarinya ditempat lain. Ia telusuri setiap sudut ruang di sekolahnya yang
lumayan megah itu. Berkeliling-keliling ia cari tidak ketemu jua. Semua teman ia tanyai, tak satupun yang tahu. Sampai akhirnya Rafa mendengar kabar bahwa Sarah pergi keluar negeri. Ia
pegi ke Negara berlambangkan singa. Ia kesana itu untuk
mengobati penyakitnya. Rafa terkejut karena ia baru tahu kalau Sarah
mempunyai penyakit kronis.
Sarah didiagnosis dokter memiliki kanker, dan ternyata kankernya sudah menggerogoti tubuhnya. Ia mendengar berita buruk tersebut dari guru BKnya. Ia
amat sedih mendengar kabar tersebut. Ia tak menyangka sahabatnya di dunia maya
itu pergi darinya.
Seratus dua puluh tiga hari pun
berlalu. Rafa masih sedih
menyadari bahwa salah satu sahabatnya itu telah pergi. Meskipun
ditinggal Sarah pergi, tetapi ia tetap bersyukur masih mempunyai Fuad, sahabat
yang setia menemani. Akan tetapi kehidupan antara Rafa dan Fuad berubah ketika
ada seorang murid baru datang. Namanya Dodo Apriyanto. Ia adalah anak dari
pengusaha Kacang Atom di kotanya. Awalnya Dodo sangat baik terhadap Rafa dan
Fuad. Akan tetapi setelah berbulan-bulan sekelas dan kenal dengan Dodo, Dodo
pun mulai berubah. Ia senang sekali jika Rafa dan Fuad menderita. Kini ia
memiliki sebuah geng di sekolah mereka. Anggotanya antara lain adalah teman
kelas sebelah mereka. Dan kini Dodo pun hanya akan berteman dengan mereka
berdua kalau ia sedang membutuhkan. Sementara kalau tidak butuh, dengan
angkuhnya Dodo menindas Rafa dan Fuad bersama gengnya.
Singkat
cerita, Dodo memutuskan pindah sekolah lagi karena kedua orang tuanya pindah ke
luar kota. Dan akhirnya kehidupan Rafa dan Fuad pun kembali normal. Mereka menjadikan
peristiwa tersebut sebagai pelajaran berharga dalam hidupnya. Bahwa kita tak
boleh semena-mena terhadap teman.
Pada
suatu hari tepat pukul satu dini hari Rafa terbangun dari tidurnya. Suasana masih sepi, hanya ada suara jangkrik yang menemani. Ia
terbangun karena mengalami mimpi buruk. Di dalam mimpinya ia melihat seekor
kelinci tertabrak dan terlindas truk tronton. Mata dan
usus kelinci tersebut sampai keluae. Darah kelinci itu pun
mengalir hingga ke selokan pinggir jalan tempat kejadian tersebut. Rafa sungguh syok mengalami mimpi tersebut. Rasa waswas terus
menghantuinya. Maka untuk menghilangkan perasaan
itu, ia putuskkan untuk pergi ke kamar kecil. Seperti
biasanya ia ambil air wudhu dan segera
menunaikan sholat sunnah. Seusai sholat ia memohon
kepada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ia berharap hari ini lebih baik dari hari kemarin serta memohon
diberi kekuatan untuk menjalani hari ini.
Sang bola pijar telah menampakkan sinarnya.
Seperti hari-hari biasanya, pagi itu Fuad datang ke rumah Rafa tuk mengajaknya pergi
sekolah bersama. Namun hari itu seperti ada yg berbeda. Muka Fuad tampak pucat
dan tak bersemangat.
“Ad kamu baik-baik
saja bukan?” Tanya Rafa.
“Iyalah Raf ,” jawab Fuad menutupi rasa pusing di keplanya
“Tapi wajahmu
tampk pucat lho Ad, kamu beneran nih gak papa ?”
“Udah lah Raf buruan
ayo, nanti kalo
terlambat
bukan salahku lho ya.”
“Ehh tapi kan ada pepatah mengatakan, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali he he he…”
“Ahh kamu ini Raf, banyak alesan”
Di sekolah Rafa dan Fuad sangat sibuk karena
tugas-tugas dari gurunya. Hal tersebut menyebabkan badan Fuad semakin lelah dan
capek. Ia sempat dibawa ke UKS, akan tetapi sesampainya di ruang UKS badan Fuad
kembali pulih dan sehat.
Akhirnya jam pelajaran pun telah usai. Rafa dan Fuad
pun segera pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, terjadi perbincangan antara mereka.
“Raf,
besok kalau kamu SMA mau ke mana?” Tanya
Fuad.
“Umm
aku bingung nih.”
“Kenapa
bingung, kalau aku sih ingin sekolah di SMA Negeri 1 Harapan Nusantara.”
“Kenapa
kamu milih SMA itu Ad?”
“Katanya
sih, sekolahnya itu keren banyak ekstrakulikulernya, selalu juara terus dan
orangnya pinter-pinter.”
“Owhh…gitu..,
ehh…ehhhh Fuad awasss!”
“brukk…”
Tiba-iba saja Fuad dan sepedanya
tertabrak mobil ketika mau belok di sebuah pertigaan. Ia tertabrak karena keasyikan
ngobrol, sehingga Fuad tak melihat jalan yang ia lalui. Fuad akhirnya tak
sadarkan diri, kepalanya berdarah dan tak berhenti. Orang-orang di sekitar
tempat kejadian itu pun mengerumuni mereka. Lalu oleh pengendara mobil yang
menabrak Fuad tadi, Ia dibawa ke rumah sakit. Rafa sangat panik dan khawatir.
Di sepanjang lorong rumah sakit Rafa tak
henti-hentinya menangis dan berharap Fuad membuka matanya . Sesampaiya di depan pintu ruang IGD, suster melarang Rafa tuk masuk dan menyuruhnya menunggu di tempat tunggu . Rafa yang saat itu panik langsung meminjam telepon genggam milik orang yang lewat dan segera memberi kabar
orangtua Fuad.
“halo Assalamu’alaikum, maaf ini saya Rafa
“
“Wa’alaikumsalam,
Oh Rafa ada apa ya? O iya ini kenapa Fuad jam segini belum
pulang, barangkali kamu tahu keberadaanya nak?
“a…a..anu tante Fuad tadi kecelakaan, dan skarang ia
sedang ditangani dokter di rumah sakit umum Budi Sentosa “
“Apaa? “ jatuhlah
gagang telepon rumah ibunda
Fuad karena
keterkejutannya mendengar berita tersebut.
Tak lama kemduian muncullah dua sosok dari kejauhan. Seorang ibu bersama
seorang remaja anak kuliahn. Mereka adalah
ibunda dan kakaknya Fuad.
“Bagaimana keadaan Fuad nak?” Tanya
ibunda fuad kepada Rafa
“Saya masih belum tau tante, tapi tadi suster bilang keadaanya
masih sangat kritis.”
Selang beberapa saat, dokter berjas putih dan
berkacamata itu pun membuka pintu dan segera keluar dari ruangannya.
“Dok
gimana keadaan anak saya Dok?”, Tanya Ibunda Fuad.
“Kami sudah berusaha semampu kami, akan tetapi Tuhan berkehendak lain,”jawab sang dokter.
“Kami sudah berusaha semampu kami, akan tetapi Tuhan berkehendak lain,”jawab sang dokter.
“Apaaa…?”
teriak semua orang yang ada disekitar Rafa dengan terkejut.
“Innalillahi
wa inna ilaihi roji’un… ,knp kau meninggalkanku secepat itu Ad?” ucap Rafa.
Tangis Rafa dan keluarga Fuad pun pecah. Mereka tidak sanggup
merelakan Fuad, sahabat terbaik Rafa itu pergi tuk selama-lamanya.
Dibawah sinar sang surya pada hari Sabtu tepat pukul dua siang, jenazah Fuad
dikebumikan di TPU Jeruk Bali. Suasana sedih menyelimuti pemakaman tersebut.
Dalam benak Rafa hanya ada memori kenangan indah antara Rafa dan Fuad yang hanya menambah Rafa tak bisa membendung tangisnya. Rasa sedih dan rasa
bersalah bergejolak didadanya.
“Tuk sahabatku Fuad, maafkan aku yang tak bisa melindungimu kala itu, ku hanya bisa berdo’a Semoga engkau bahagia diterima diisisi Tuhan Yang Maha Penyayang.” Ucap rafa sembari menabur bunga di atas liang lahat Fuad.
Delapan
bulan pun berlalu.
Kini saatnya Rafa untuk
konsen terhadap ujian akhir dan ujian nasional yang akan ia
alami empat bulan mendatang.
Ia berusaha ikhlas dan tabah merelakan sahabtnya
pergi. Itu semata-mata juga demi suksenya ujian yang akan ia hadapi kelak. Ia pun belajar dengan tekun dan rajin untuk
mewujudkan cita-cita Fuad agar bisa sekolah di SMA Negeri 1 Harapan Nusantara.
SMA tersohor di kota tempat ia tinggal. Hari-hari
ia isi selalu
dengan asupan soal-soal. Soal sulit maupun mudah ia kerjakan. Ia beranggapan bahwa dengan
belajar soal-soal maka ketika menghadapi soal sesulit apapun atau semudah
apapun ia tidak
begitu kaget. Dengan setiap hari belajar belajar dan belajar, maka kesempatannya untuk bermain pun nyaris tidak ada. Hanya ada satu hari dimana ia dapat santai. Itupun juga hanya sebentar, karena ia mempunyai prinsip bahwa
waktu itu sangatlah penting. Sedetik pun itu sangatlah
berharga. Maka dari itu ia tak
akan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk pekerjaan yang tak ada gunanya.
Dan
benar saja, tekad dan kerja keras Rafa membuahkan hasil yang terbaik. Seperti pepatah, apabila kita menanam suatu kebaikan maka kita kelak akan menuai kebaikan pula. Rafa yang
keseharianya ya bisa dibilang lumayan bisa dibilang biasa-biasa saja itu mendapatkan hasil ujian yang sangat membanggakan. Ia berhasil mendapatkan nilai sempurna pada dua mata pelajaran dari empat mata peljaran yang
diUNkan. Mata pelajaran itu adalah
matemaika dan ilmu pengetahuan alam. Memang pantas ia mendapatkannnya.
Karena Rafa telah menyukai kedua mata pelajaran tersebut sejak kecil. Dengan ditambah nilai Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesa yang juga lumayan
bagus, ia dirasa telah membuat bangga kedua orang tuanya. Kini kedua orang tuanya tersebut tidak akan
susah payah mencari
sekolah
untuk anak mereka.
Sebab dengan nilai yg dimiliki Rafa itu, ia bisa
mendaftar sekolah dimana saja. Karena cita-citanya ingin bersekolah di
SMA 1 Harapan Nusantara. Maka saat pendaftaran,
ia pun langsung
mendaftar ke SMA tersebut. Karena dalam pendaftaran Ia masuk 10 besar
teratas, maka ia jelas dinyatakan diterima di SMA kebanggan kota budaya tersebut.
Kini Rafa sudah duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas. Kegiatan
MOS pun telah ia laksanakan. Dan ia pun sudah mulai mencoba beradaptsi dengan lingkungan barunya itu. Perasaan bahagia,
bangga dan haru mengiringi setiap
langkahnya. Haru karena ia tak menyangka bisa bersekolah di SMA yang Fuad dan Rafa idolakan semenjak masih
kelas delapan SMP. SMA-nya kini adalah
salah satu sekolah negeri favorit di kota pelajar tempat ia lahir. Sekolah tersebut telah terakreditasi A. Dan juga telah menjadi contoh sekolah yang sadar akan penghijauan serta
lingkungan.
Ditambah lagi dengan berjajar rapi penghargaan-penghargaan
yang telah diraih oleh sekolahnya maupun dari para alumnus SMA-nya.
Namun kini Rafa berbeda, Ia berubah
180 derajat dibanding waktu masih duduk di Sekolah Menengah Pertama dulu. Rafa
yang dulu selalu ceria, sekarang malah selalu ingin menyendiri. Ia sering
melamun dan bahkan sering tidak nyambung tehadap lingkungan sekitarnya. Meski
dikelilingi banyak teman,
tak lantas menjadikan teman-temannya itu sebagai sahabatnya. Ia amat trauma dan
belum bisa melupakan kejadian yang
berlangsung dua tahun silam. Ia takut
kehilangan ataupun dikhianati sahabat tuk kesekian kalinya. Walaupun begitu, Ia
tetap bersyukur masih mempunyai Lepito sahabatnya. Dengan Lepito mungkin ia
bisa berteman di dunia maya, mempunyai banyak teman, serta ngobrol dan berbagi
dengan teman-temannya, walaupun semua itu hanya semu belaka.
Karya Rachmatullah Alvian Aji Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar